Mengenal Bahaya Jamur Dermatophyta dan Non Dermatophyta Bagi Masyarakat Berprofesi Sebagai Pedagang di Pasar Tradisional
dilaksanakan di Desa Nunuka Raya, Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
Abstrak
Mikosis dangkal adalah jenis penyakit yang paling banyak dikenal pada manusia, diperkirakan frekuensinya terus meningkat. Mikosis dangkal disebabkan oleh dermatofita, penyebarannya bergeser bergantung pada wilayah geografis, populasi, lingkungan, cara hidup, pergerakan, kondisi keuangan, dan pengobatan. Pertumbuhan jamur pada bagian tubuh manusia, yang menyebabkan tinea pedis menyukai kulit yang basah dan lembek. Mengenakan sepatu yang sangat tertutup untuk waktu yang lama dapat menyebabkan keringat berlebih, yang menambah kelembapan pada ruang di sekitar kaki.
Metode terdiri dari tiga tahapan : Tahap pertama adalah pre test dengan tujuan untuk mengidetifikasi pengetahuan tentang pentingnya sanitasi dan hygiene dagangan. Tahap kedua adalah pemberian penyuluhan tentang pencegahan pertumbuhan jamur dan pentingnya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan Tahap terakhir Post Test, dengan cara tanya jawab dengan para pedagang. Adapun pelaksanaan pengabdian pada tanggal 11 Agustus 2021 di Desa Nunuka Raya, Kecamatan Tomini, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Hasil : Dari sampel 13 jiwa berprofesi sebagai pedagang hasil Pre Test menunjukkan bahwa diperoleh persentasi kategori Baik tentang pemahaman bahaya jamur bagi kulit untuk pedagang sebesar 23.07%, sedangkan kurangnya pemahaman mereka akan bahaya jamur pada kulit berkisar 76.91%. Kategori umur yang paling baik pemahamnnya terkait bahaya jamur bagi kulit yaitu penjual yang masuk pada kategori umur remaja, sedangkan yang paling dibawah pemahamannya adalah lansia. Setelah diberikan penyuluhan akan bahaya jamur bagi kulit, berdasarkan hasil Post Test di atas menunjukkan pengetahuan penjual akan bahaya jamur meningkat dengan baik menjadi 100%.
Referensi
[2] Diana, N. (2018). “Identifikasi Jamur Rhizopus Sp Pada Buah Pepaya Jingga (Carica papaya L.)”. (Doctoral dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang).
[3] Husni, H., Asri, E. & Andalas, R. G.. “Identifikasi Dermatofita Pada Sisir Tukang Pangkas Di Kelurahan Jati Kota Padang”. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3). 2018.
[4] Khusnul, Kurniawati., I dan Hidayana., R.. “Isolasi Dan Identifikasi Jamur Dermatophyta Pada Sela-sela Jari Kaki Petugas Kebersihan Di Tasikmalaya”. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol 18 (1), 2018.
[5] Munadhifah, F. 2020. “Prevalensi dan pola infeksi jamur Dermatofita pada petani”. (Doctoral dissertation, Stikes Insan Cendekia Medika Jombang).
Nurwibawanto, B. R. (2016). “Kualitas Cendawan Metarhizium anisopliae (Metsch) Pada Berbagai Media dan Lama Penyimpanan Terhadap Tenebrio molitor”.
[7] Ratnasari, S. D. 2018. “Identifikasi Jamur Dermatofita Pada Sediaan Kerokan Kulit dan Kuku Jari Kaki Pada Petugas Kepolisian Kota Surabaya”.Undergraduate Thesis.Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
[8] Rodrigues, S., R. Paveling, P. Nagel, and S. Keller. The nature distribution of the entomopathogenic soil fungus Metarhizium anisopliae in different regions and habitat types in Switzerland. Insect Pathogens and Insect Parasitic Nematodes: Melolontha. IOBC/wprs Bulletin 28(2): 185-188, 2005.
[9] Ruhyadin, U. 2016. “Identifikasi Jamur Trychophyton rubrum Penyebab Tinea Pedis Pada Pedagang Ikan Di Pasar Cikurubukkota Tasikmalaya Tahun 2016”. Karya Tulis Ilmiah (KTI). Stikes Muhammadiyah Ciamis.
[10] Sardi, A. Infeksi Nosokomial: “Jenis Infeksi dan Patogen Penyebabnya. In Seminar Nasional Riset Kedokteran”, Vol. 2, No. 1, March, 2021,).
[11] Simatupang, M. M. (2009). “Candida albicans”. Skripsi. Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
[12] Siregar, M. R. 2018. “Hubungan Personal Hygiene dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Timbulnya Dermatofitosis Pada Pekerja Penjual Ikan Basah Di Pasar Marelan Kota Medan Tahun 2018” (Doctoral Dissertation, Institut Kesehatan Helvetia Medan).