Uji Boraks Pada Mi Basah Yang Dijual Di Kota Gorontalo
Abstrak
Mi merupakan salah satu produk pangan yang populer pengganti nasi yang banyak digemari oleh hampir semua kalangan, mulai dari anak – anak hingga dewasa. Mi dapat berbahaya bagi kesehatan karena Mi dapat mengandung bahan kimia yang berbahaya seperti boraks. Makanan yang dikonsumsi diharapkan merupakan makanan yang terjamin mutu dan keamanannya termasuk aman dari penggunaan bahan berbahaya yang dapat beresiko terhadap penyakit bagi manusia itu sendiri. BTP sering ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar mempunyai kualitas yang meningkat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan boraks pada mi.
Penelitian ini menggunkan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, teknik pengumpulan data berdasarkan dokumentasi dan pemeriksaan laboratorium. Data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan di narasikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 9 sampel yang di periksa tidak ditemukan sampel mi basah yang mengandung boraks. Hal tersebut dibuktikan dengan pengujian kertas kurkumin yang menunjukkan tidak terjadi perubahan warna pada kertas kurkumin.
Referensi
[2] Aminah dan Hermawan., (2009). Bahan-bahan berbahaya dalam kehidupan. Bandung. Salamadami.
[3] Anas.I. (2014). Analisis kandungan boraks pada Mi Basah yang dijual di pasar sentral kota gorontalo. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D-III Farmasi. Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keolahragaann. Universitas Negeri Gorontalo.
[4] Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). (2012). Batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pengawet. BPOM, Jakarta.
[5] Balai Pengawas Obat dan Makana (BPOM).(2019). Laporan tahunan 2019.BPOM, Gorontalo.
[6] Cahyadi, W, (2008), Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Jakarta : Bumi Aksara.
[7] Cahyadi, W. (2012).Analisis dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Edisi 2 Cetakan III. Jakarta: Bumi Aksara.
[8] Dewi, I. A. Mulyadi, A. F dan Ikawati, N. Q. F. (2015). Penggandaan skala mi kering dari ubi jalar (Ipomea batatas L). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.16 No. 1.
[9] Effendi. Z. Surawan, F.E.D dan Sulastri. Y. (2016).Sifat fisik Mi basah berdasarkan tepung komposit kentang dan tapioka. Jurnal Agroindustri. Vol.6 No.2
[10] Efrilia, M. Prayoga, T. dan Mekasari, N. (2016). Identifikasi boraks dalam bakso di kelurahan bahagia Bekasi Utara Jawa Barat dengan metode analisa kualitatif.Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. Vol. 1 No.1
[11] Fadilah, A. N., Djatmika, R., dan Muadifah, A. (2019). Analis boraks dalam sempol di Tulungagung dengan preparasi sentrifugasi secara spektrofotometri visible. Jurnal Ilmiah Kesehatan Putra Bangsa, 1(1), 18-24.
[12] Fuad (2014). Identifikasi kandungan boraks pada tahu pasar tradisional di daerah Ciputat. Naskah Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
[13] Habsah (2012). Gambaran pengetahuan pedagang mi basah terhadap perilaku penambahan boraks dan formalin pada mi basah di kantin-kantin Universitas X Depok tahun 2012.Skirpsi. Universitas Indonesia
[14]Handayani, S. dan Hartono.(2016). Hubungan pengetahuan guru dan pengelola kantin tentang gizi btp (bahan tambahan pangan) terhadap penggunaan btp beresiko pada makanan anak SD di Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 5(2), 188-192.
[15]Harimuri, S. dan Setiyawan, S. (2019). Analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan boraks pada bakso tusuk di wilayah Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Vol.6 No. 2.
[16]Hidayat, Z. (2018). Identifikasi kandungan senyawa boraks dengan analisa kualitaif pada makanan cilok di wilayah Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Megelang. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Farmasi. Universitas Muhammadiyah Magelang
[17] Irviani, L.I. dan Nisa, F.C. (2014).Pengaruh penambahan pektin dan tepung bungkil kacang tanah terhadap kualitas fisik, kimia dan organoleptik Mi kering terdistribusi mocaf.Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No. 1
[18] Kementerian Kesehatan. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan.
[19] Koswara, S. (2009).Teknologi pengolahan Mi. Seri Teknologi Pangan Populer.
[20]Lakapu, Y.S.(2013). Identifikasi formalin dalam jeroan ayam yang beredar di pasar kasih naikoten Kupang bulan Juni tahun 2013.Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes, Kupang.
[21] Nasir, M. (2018). Identifikasi Sakarin pada kue Buroncong yang dijual di Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Jurnal media Analis Kesehatan, 9(2), 136-140.
[22]Nurhasanah. (2017). Identifikasi Penggunaan boraks pada Mi basah yang dijual oleh pedagang pangsit di kota Kendari. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
[23] Nurma. (2018). Studi analisis boraks menggunakan kurkumin hasil ekstrak rimpang kunyit (curcuma domestica val.) Secara spektrofotometri ultraungu-tampak.Skripsi. Bandar Lampung : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
[24] Riandini dan Nursanti.(2008). Bahan kimia dalam makanan dan minuman. Bandung: Shakti Adiluhung.
[25]Rosmeri, V.I. dan Monica, B.N. (2013). Pemanfaatan tepung umbi gadung (dioscorea hispida dennst) dan tepung mocaf (modified cassanava flour) sebagai bahan subsitusi dalam pembuatan Mi basah, Mi kering dan Mi instan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
[26] Rustandi, D. (2011). Produksi Mi. Perpustakaa Nasional. Solo: Malang
[27] Safitri, J. M. Towon. G. A. R. Untu, S.D. Kanter, J. W. (2019). Identifikasi boraks pada mi basah yang beredar di supermarket dan pasar tradisional di Kota Bitung. Jurnal Biofarmasetikal Tropis, 2 (1), 36-42.
[28]Saputro, A. H. dan Fauziyyah, R. (2021).Analisis kualitatif boraks pada bakso dan mi basah di kecamatan Sukarame, Sukabumi dan Wayhalim. Jurnal Ilmiah Farmasi Famasyifa, Vol. 04 No. 1
[29]Suhendra, (2013). Analisis boraks dalam bakso daging sapi a dan b daerah Tenggiris Surabaya menggunakan spekrofotometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Volume 2, No. 2.
[30] Suseno, D. (2019). Analisis kualitatif dan kuantitatif kandungan boraks pada bakso menggunakan kertas turmerik, FT-IR spektrofotometer dan spektrofotometer uv- vis. Indonesia Journal of Halal, 2(1), 1-9.
[31]Syah, (2005).Manfaat dan bahaya bahan tambahan.Himpunan Alumni Fakultas Admajaya. Jakarta.
[32]Tubagus, I. G. Citraningtyas, dan Fatimawali. (2013). Indentifikasi dan penetapan kadar boraks dalam bakso jajanan di kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi 2 (4) : 2302- 2493.
[33] Wahyudi, J. (2017). Mengenali bahan tambahan pangan berbahaya.Jurnal Litbang Vol. XIII. No. 1 Hal 3-12
[34]Widayat, D. (2011). Uji kandungan boraks pada bakso.Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; Jember.
[35]Yiu., P.H., J.See., A. Rajan and C. F. J. Bong. (2008). Boric acid levels in fresh noodles and fish ball. Am. J. Agric. Biol. Sci., 3: 476-481.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by4.footer##